Rabu, 21 Desember 2016

Peradaban Kerajaan Islam Mughal di India



      
             A. Asal – usul Berdirinya Kerajaan Islam Mughal di India
        
       Kerajaan Mughal merupakan kelanjutan dari kesultanan Delhi, sebab ia menandai puncak perjuangan panjang untuk membentuk sebuah imperium India muslim yang didasarkan pada sebuah sintesa antara warisan bangsa Persia dan bangsa India.

        Kerajaan Mughal adalah kerajaan Islam yang pernah berkuasa di India dari abad ke- 16 hingga abad ke- 19. Dinasti ini didirikan oleh Zaharuddin Babur yang merupakan keturunan Timur Lenk, penguasa Islam asal Mongol.


     Babur adalah nama kecil dari Zaharuddin, yang artinya singa, Ia lahir pada hari Jum’at 24 Februari 1483. Ayahnya bernama Umar Mirza menjadi Amir di Fergana, turunan langsung dari Miransyah putra ketiga dari Timur Lenk, sedangkan Ibunya berasal dari keturunan Jengkuai, anak kedua dari Jengis Khan. Pada usia 11 tahun,  Babur kehilangan ayahnya dan sekaligus menggantikan kepemimpinan ayahnya dalam usia yang masih sangat muda.
   
     Meski Babur berusia sangat muda, namun Ia sangat berani sehingga terlihat usianya lebih matang, Ia bercita-cita menguasai Samarkand yang merupakan kota terpenting di Asia Tengah pada saat itu. Untuk Pertama kalinya ia mengalami kekalahan dalam mewujudkan cita-citanya. Kemudian berkat bantuan Ismail I, Raja Safawi, maka pada tahun 1494 Babur berhasil menaklukkan kota Samarkand dan pada tahun 1504 menaklukkan Kabul, ibukota Afganistan.

      Dari Kabul Babur melanjutkan ekspansi ke India yang saat itu diperintah oleh Ibrahim Lodi. Ketika itu pemerintahan dinasti Lodi sedang mengalami krisis dan pertahanannya mulai melemah sehingga Babur dengan mudah berhasil mengalahkannya. Dalam upaya menguasai wilayah India, Babur juga berhasil menaklukkan Punjab tahun 1525. Kemudian pada tahun 1526 dalam pertempuran di Panipat, Babur memperoleh kemenangan sehingga pasukannya memasuki kota Delhi untuk menegakkan pemerintahan di kota ini.
    Dengan ditegakkannya pemerintahan Babur di kota Delhi, maka berdirilah kerajaan Mughal di India pada tahun 1526.
Dalam berdirinya kerajaan Mughal di India ini mengalami pertentangan terutama dari kalangan Hindu yang tidak menyetujui berdirinya kerajaan Mughal dan segera menyusun kekuatan gabungan untuk menghancurkan kerajaan Mughal.

    Namun Babur berhasil mengalahkan mereka dalam suatu pertempuran. Sementara itu dinasti Lodi berusaha bangkit kembali menentang pemerintahan Babur dengan pimpinan Muhammad Lodi. Pada pertempuran di dekat Gogra, Babur dapat menumpas kekuatan Lodi pada tahun 1529.  Setelah pertempuran itu setahun kemudian Babur meninggal dunia.

     Sepeninggalan Babur, tahta kerajaan Mughal diteruskan oleh Humayun yang ternyata tetap saja menghadapi banyak tantangan. Ia berhasil mengalahkan pemberontakan Bahadur Syah, penguasa Gujarat yang bermaksud melepaskan diri dari Delhi. Tahun 1450 Humayun mengalami kekalahan dalam peperangan yang dilancarkan oleh Sher Khan dari Afganistan. Ia melarikan diri ke Persia dan menyususun kekuatan di tempat perasingannya. Ketika itu Persia dipimpin oleh penguasa Safawiyyah yang bernama Tahmasp.
Setelah 15 tahun menyusun kekuatan dalam pengasingan di Persia, Humayun berhasil menegakkan kembali kekuasaan Mughal di delhi pada tahun 1555. Ia mengalahkan kekuasaan Khan Syah dan setahun kemudian ia meninggal dunia.
Sepeninggal Humayun, kerajaan Mughal dipimpin oleh anaknya yang berusia 14 tahun yakni Abu al-Fath Jalal al-Din Muhammad Akbar yang lebih dikenal dengan sebutan Akbar, dan dilahirkan di Amarkot, 15 Oktober 1542 M, memerintah pada tahun 1556 – 1605  M. Pada masa pemerintahan Akbar inilah kerajaan Mughal mengalami puncak kejayaannya baik di bidang politik, ekonomi, militer, dll. 

     Kemajuan yang telah dicapai Akbar masih dapat dipertahankan oleh tiga sultan berikutnya, yaitu Jehangir (1605-1628M), Syah Jehan (1628-1658 M), dan Aurangzeb (1658-1707 M).

      Namun, setelah masa pemerintahan ketiga sultan tersebut masa kejayaan kerajaan Mughal tidak dapat diteruskan. Adapun rincian Raja – Raja yang pernah memerintah di Kerajaan Mughal adalah :
a)      1526-1530 M dipimpin oleh Zahiruddin Muhammad Babur
b)       1530-1556 M dipimpin oleh Humayun
c)      1556-1605 M dipimpin oleh Akbar Syah I
d)     1605-1627 M dipimpin oleh Jahangir
e)      1627-1658 M dipimpin oleh Syah Jehan
f)       1658-1707 M dipimpin oleh Aurangzeb (Alamgir I)
g)      1707-1712 M dipimpin oleh Bahadur Syah I
h)      1712-1713 M dipimpin oleh Jihandar Syah
i)        1713-1719 M dipimpin oleh Farrukh Siyar
j)        1719-1748 M dipimpin oleh Muhammad Syah
k)       1748-1754 M dipimpin oleh Ahmad
l)        1754-1759 M dipimpin oleh Alamgir II
m)    1759-1806 M dipimpin oleh Alam II
n)      1806-1837 M dipimpin oleh Akbar II
o)      1837-1858 M dipimpin oleh Bahadur Syah II
     

    B.    Masa Kemajuan Kerajaan Mughal
Dalam perkembangannya kerajaan Mughal mempunyai masa kejayaan, yang dimulai pada pemerintahan Akbar (1556-1506 M), dan tiga raja penggantinya, yaitu Jehangir (1605-1628 M), Syah Jehan (1628-1658 M), Aurangzeb (1658-1707 M). Setelah itu, kemajuaan kerajaan Mughal tidak dapat dipertahankan oleh raja-raja berikutnya.
Kemajuan – kemajuan kerajaan Mughal dapat dilihat dari berbagai bidang antara lain :

1.    Politik dan Pemerintahan

     a.       Akbar membentuk sitem pemerintahan militeristik. Dalam pemerintahan tersebut, pemerintahan daerah dipegang oleh seorang Sipah Salar (kepala komandan). Sedang wilayah listrik dipercayakan kepada Faudjar (komandan). Jembatan-jembatan sipil juga diberi jenjang kepangkatan yang bercorak kemiliteran, pejabat-pejabat itu harus mengikuti latihan kemiliteran.

b.      Akbar juga menerapkan politik Sulukhul (toleransi universal). Politik ini mengandung ajaran bahwa semua rakyat India sama kedudukanya. Mereka tidak dapat dibedakan menurut etnis dan agama. Politik ini dapat menciptakan kerukunan masyarakat India yang sangat beragam.

c.       Untuk undang-undang kerajaan, Sultan Akbar membuat Din Ilahi yaitu suatu pandangan dan sikap keagamaan resmi kerajaan yaitu unsur-unsur agama Islam, Hindu, Persia Kristen dan sebagainya yang harus dianut oleh setiap orang.

d.      Pada masa pemerintahan Aurangzeb telah terdapat jalinan kerjasama dengan negara-negara Islam diluar India. Sejumlah penguasa Islam telah mengirim duta atau perwakilan negara mereka ke Delhi, misalnya Syarif Makkah, raja-raja Persia, Balkh, Bukhara dan Kasgar; para gubernur Turki Basrah, Yaman dan Hadmarut, para pemimpin negeri Maghiribi dan Raja Arbesinia.



2.      Bidang ekonomi dan perdagangan
         Untuk mengelola ekonomi pertanian pemerintah juga mengatur tentang organisasi pertanian. Setiap perkampungan petani dikepalai oleh seorang pejabat lokal, yang dinamakan muqaddam, yang mana kedudukannya dapat diwariskan, dia mempunyai tanggung jawab menyetorkan penghasilan untuk menghindari tindak kejahatan. Kaum petani dilindungi hak kepemilikan tanah dan pewarisan, tetapi jika tidak loyal maka pejabat lokal berhak menyitanya.

3.       Bidang Pendidikan dan Iptek
Dalam bidang pendidikan, Akbar membangun bangunan khusus untuk tempat pengajian ilmu, dia juga berusaha menarik simpati para ulama dengan menghibahkan sejumlah madrasah dan perpustakaan.

4.      Bidang Seni dan Budaya

     a.        Seni Budaya dan arsitektur puncaknya terjadi pada masa sultan Syah Jahan yang ditandai dengan berbagai karya budaya fisik, seperti karya arsitektur monumental Taj Mahal, yang merupakan bangunan indah, yang dimaksudkan sebagai tanda cinta kasihnya kepada istri tercinta Mumtaz Mahal. Taj Mahal juga salah satu keajaiban dunia dan merupakan lambang peradaban dan kebudayaan Islam masa Lampau di India. Selain itu juga Shah Jahan telah membangun Masjid Mutiara, Masjid Jami’ di Delhi, serta takhta Merak, yaitu singgasana yang dibuat dari emas, perak, intan, serta permata cemerlang.

     b.      Karya seni yang menonjol adalah karya sastra gubahan penyair istana, baik yang berbahasa Persia maupun India. Penyair India yang terkenal adalah Malik Muhammad Jayazi, seorang sastrawan sufi menghasilkan karya besar  berjudul Padmavat, sebuah karya yang mengandung pesan kebajikan jiwa manusia. Pada masa Aurangzeb, muncul seorang sejarawan yang bernama Abu Fadl dengan karyanya bernama Akbar Nama dan Aini Akhbari, yang memaparkan sejarah kerajaan Mughal berdasarkan figure pemimpinnya.
Akbar mensponsori ajaran Din Illahi, yaitu ajaran campuran berbagai unsur kepercayaan Hindu dan tasawuf dari unsur syi’ah.

               C.   Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Mughal
       Kemunduran dan kehancuran Kerajaan dimulai setelah satu setengah abad, tepatnya setelah masa pemerintahan Aurangzeb. Para pelanjut Aurangzeb tidak sanggup mempertahankan kebesaran yang telah dicapai oleh pendahulu – pendahulunya. Kejayaan Mughal hilang diawali dengan kematian Aurangzeb, dan satu persatu penguasa daerah mulai melepaskan diri dari pemerintahan pusat di Delhi.
Pengganti Aurangzeb adalah Mu’azzam, setelah ia meninggal tahta digantikan anaknya Azhim al-syah. Akan tetapi di tentang Zulkifar Khan, anak ‘Asad Khan. Azaim al-syah meninggal tahun 1712 M. Ia digantikan oleh anaknya Jihandar Syah, tetapi ia disingkirkan oleh adiknya sendiri Faruq Syah pada tahun 1713 M. Jadi dalam dua tahun saja telah terjadi empat kali pergantian sultan.
Konflik -  konflik yang berkepanjangan mengakibatkan pengawasan terhadap daerah lemah. 
       Pemerintahan daerah satu persatu melepaskan loyalitasnya dari pemerintah pusat. Bahkan cenderung memperkuat posisi pemerintahannya masing-masing.
Pada saat tiga sultan berkuasa yaitu, Syah Alam, Akbar II dan Bahadur Syah, Inggris diberi kepercayaan untuk mengembangkan usahanya tetapi dengan jaminan memberikan fasilitas kehidupan Istana dan keluarganya. Pada saat terjadi krisis, EIC mengalami kerugian dan Inggris pun mulai mengadakan pungutan yang tinggi terhadap rakyat secara ketat dan cenderung kasar. Karena rakyat merasa tertekan, maka terjadilah pemberontakan rakyat dibawah pimpinan sultan Bahadur Syah pada bulan Mei 1857 M.
Perlawanan mereka dapat dipatahkan dengan mudah, karena Inggris mendapat dukungan dari beberapa penguasa Hindu dan Muslim. Inggris kemudian menjatuhkan hukuman yang kejam kepada pemberontak. Mereka diusir dari kota Delhi, rumah ibadah banyak yang dihancurkan, dan Bahadur Syah, sultan Mughal terakhir diusir dari istana (1858 M) maka berakhirlah sejarah kekuasaaan kerajaan Mughal di India.
Ada beberapa faktor yang menyebabkab kekuasaan kerajaan Mughal itu mundur pada satu setengah abad terakhir, dan membawa kepada kehancurannya pada tahun 1858 M, yaitu:

     1.      Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuasaan militer sehingga operasi militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat dipantau oleh kekuatan maritime Mughal. Begitu juga tidak terampilnya dalam mengoperasikan persenjataan buatan Mughal sendiri.

    2.       Kemerosotan moral dan hidup mewah dikalangan elite politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara.

     3.      Kurang cakapnya pemerintahan Aurangzeb sehingga konflik antar agama terjadi sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya

    4.      Semua sultan pewaris tahta kerajaan pada paro terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan.
Faktor lain yang juga sangat berpengaruh adalah serangan dari kerajaan. Serangan ini mulanya dilakukan oleh kerajaan Safawi di persia yang memperebutkan wilayah Qandahar.
      Pada 1622 M, daerah ini berhasil dikuasai oleh Safawi. Pada 1739 M, Nadir Syah dari Safawi menyerbu Mughal dengan alasan bahwa Mughal tidak mau menerima duta bangsa yang dikirim olehnya. Lalu disusul ketegangan dengan Afganistan pada masa pemerintahan Muhammad Syah, kerajaan Mughal mendapat serangan dari suku afgan yang dipimpin oleh Ahmad Syah. Pada 1748 Ahmad Syah berhasil menguasai Lahore.

     Pemberontakan Hindu juga turut memperkeruh suasana, Hindu yang merupakan mayoritas di sana, tidak senang menjadi warga kelas dua dibandingkan Islam yang menjadi warga kelas satu padahal jumlahnya minoritas. Hal ini menimbulkan banyak sekali pemberontakan yang membuat repot kerajaan Mughal terlebih disaat yang hampir bersamaan muncul pula tekanan dari Inggris.
Keruntuhan Mughal juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, dimana kemunduran politik negeri ini sangat menguntungkan bangsa - bangsa barat untuk menguasai jalur perdagangan. Persaingan diantara mereka akhirnya dimenangi oleh Inggris yang kemudian untuk memperkuat pengaruhnya, mendirikan EIC (East India Company). Dengan mendatangkan pasukan kerajaan inggris untuk mengamankan dan mestabilkan wilayahnya. Menyadari kekuatan Mughal semakin menurun, maka Syah Alam membuat perjanjian dengan Inggris, dimana ia menyerahkan Oudh, Bengal dan Orisa kepada inggris.

         Monopoli Inggris yang sangat otoriter dan cenderung keras, membuat rakyat Mughal yang muslim maupun Hindu, bersama-sama mengadakan pemberontakan, tetapi dapat dikalahkan walaupun dalam serangan itu, pasukan Hindu yang memulainya, akan tetapi Inggris melihat umat islam dan Bahadur Syah II, ikut campur dalam penyerangan itu. Maka sebagai hukumannya, inggris memporak-porandakan wilayah Mughal dengan kekuatan senjatanya yang selangkah lebih maju dibandingkan pasukan Mughal dan Hindu. Masjid dan Candi menjadi sasaran penghancuran. Bahdaur sendiri di usir dari istana pada 1858 M, maka sejak saat itu berakhirlah kekuasaan kerajaan Mughal di India dan digantikan oleh imperialisme Inggris.









      D.    Hasil – hasil Kebudayaan Kerajaan Mughal
Hasil – hasil kebudayaan pada masa Kerajaan Mughal juga terjadi dalam berbagai bidang kehidupan, yakni :

a.   Bidang Politik dan Militer
Sistem yang menonjol adalah politik Sulh-E-Kul atau toleransi universal. Sistem ini sangat tepat karena mayoritas masyarakat India adalah Hindu sedangkan Mughal adalah Islam. Disisi lain terdapat juga ras atau etnis lain yang juga terdapat di India. Lembaga yang menaungi dari Sistim ini adalah Din-I-Ilahi dan Mansabhadari.
Di bidang militer, pasukan Mughal dikenal pasukan yang sangat kuat. Mereka terdiri dari pasukan gajah berkuda dan meriam.  Wilayahnya dibagi distrik-distrik. Setiap distrik dikepalai oleh sipah salar dan sub distrik di kepalai oleh faudjar.
Dengan sistim ini pasukan Mughal berhasil menaklukan daerah – daerah di sekitarnya.

   b.     Bidang Ekonomi
Perekonomian kerajaan Mughal tertumpu pada bidang agraris, mengingat keadaan Geografi dan Geologi wilayah India yang sangat cocok menjadi wilayah agraris. Hasil pertanian kerajaan Mughal yang terpenting ketika itu adalah biji-bijian, padi, kacang, tebu, sayur-sayuran, rempah-rempah, tembakau, kapas, nila, dan bahan-bahan celupan.
Di samping untuk kebutuhan dalam negeri, hasil pertanian itu di ekspor ke Eropa, Afrika, Arabia, dan Asia Tenggara bersamaan dengan hasil kerajinan, seperti pakaian tenun dan kain tipis bahan gordin yang banyak diproduksi di Gujarat dan Bengawan. Untuk meningkatkan produksi, Jehangir mengizinkan Inggris (1611 M) dan Belanda (1617 M) mendirikan pabrik pengolahan hasil pertanian di Surat.

     c.     Bidang Seni dan Arsitektur
Bersamaan dengan majunya bidang ekonomi, bidang seni dan budaya juga berkembang. Karya seni yang menonjol adalah karya sastra gubahan penyair istana, baik yang berbahasa Persia maupun berbahasa India. Penyair India yang terkenal adalah Malik Muhammad Jayazi, seorang sastrawan sufi yang menghasilkan karya besar berjudul Padmavat, sebuah karya alegoris yang mengandung pesan kebijakan jiwa manusia
Karya seni yang masih dapat dinikmati sekarang dan merupakan karya seni terbesar yang dicapai kerajaan Mughal adalah karya-karya arsitektur yang indah dan mengagumkan. Pada masa Akbar dibangun istana Fatpur Sikri di Sikri, vila, dan masjid-masjid yang indah. Pada masa Syah Jehan, dibangun masjid berlapiskan mutiara dan Taj Mahal di Agra, masjid Raya Delhi dan Istana Indah di Lahor.

     d.    Bidang Ilmu Pengetahuan
Dinasti Mughal juga banyak memberikan sumbangan di bidang ilmu pengetahuan. Sejak berdirinya, banyak ilmuwan yang datang ke India untuk menuntut ilmu pengetahuan. Bahkan Istana Mughal juga menjadi pusat kegiatan kebudayaan. Hal ini terjadi karena adanya dukungan dari penguasa dan bangsawan serta Ulama. Misalnya Aurangzeb yang memberikan sejumlah uang yang besar dan tanah untuk membangun sarana pendidikan.

      Pada tiap-tiap masjid memiliki lembaga tingkat dasar yang dikelola oleh seorang guru. Pada masa Shah Jahan didirikan sebuah Perguruan Tinggi di Delhi. Jumlah ini semakin bertambah ketika pemerintah di pegang oleh Aurangzeb. Di bidang ilmu agama berhasil dikondifikasikan hukum Islam yang dikenal dengan sebutan Fatawa-I-Alamgiri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar